This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 19 Desember 2011

BAHASA DAN BERPIKIR


A.      PENDAHALUAN

Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu memahami bahasa akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).
Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa, (1998: 2). Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya  bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah  Psikologi Bahasa.
Terkait dengan hal di atas, dapat dikatakan sebenarnya manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecakan persoalan dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan individu menjadi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa individu mampu mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.
Berdasarkan pemikiran di atas , dapat dikatakan keterkaitan antara bahasa dan pikiran adalah sebuah tema yang sangat menantang dalam dunia kajian psikologi. Maka dari itu, penulis berupaya mengungkap hubungan tersebut dengan menyertakan pandangan dan konsep dari beberapa ahli yang berhubungan dengan disiplin ilmu ini.

B.      KATEGORI-KATEGORI KOGNITIF
Istilah cognitive berasal dari cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.. (Neisser dalam Syah, 2004:22). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitiflah yang menjadi populer sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang psikologis manusia yang meliputi perilaku mental manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi, kesengajaan, dan keyakinan.
Menurut Chaplin (Syah, 2004:22) ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang terpenting Ranah ini merupakan sumner sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Dalam kaitan ini Syah (2004: 22) mengemukakan bahwa tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir mustahil seseongr tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi yang disajikan kepadanya.
Kategori adalah kelompok-kelompok konsep yang dihasilkan pengolahan pikiran. Kategori kognitif  Yaitu menanggapi berbagai informasi yang diterima melalui panca indra kemudian diproses dalam pikiran, kemudian membaginya dalam kelompok-kelompok untuk disimpan dalam ingatan dan menemukannya kembali dengan mudah.
Macam-macam kategori kognitif:
1.      Bilangan (Number)
Kebanyakan bahasa mempunyai cara tertentu untuk mengungkapkan kategori bilangan yang disebut tunggal dan jamak, seperti terdapat dalam rumah dan rumah-rumah: dalam bahasa Inggris house dan houses. Ada bahasa yang mempunyai bentuk dual (berdua) seperti dua rumah atau two houses.
2.      Peniadaan (Negation)
Salah satu cirri semesta yang ditemukan Greenberg ialah bahwa peniadaan yang negative ditandai terhadap yang positif sebagai berikut:
Positif x negatif
Dalam bahasa Indonesia, kekompleksan negatif itu timbul dengan penambahan bahan ( kata atau morfem) kepada sesuatu kalimat positif (umpamanya: Ali suka makan mangga dibanding dengan Ali tidak suka makan mangga), kepada kata benda (umpamanya: guru dibanding dengan bukan guru), kata sifat (umpamanya: cahya dibanding dengan nircahya). Dalam bahasa Inggris lebih luas lagi; kepada kalimat (umpamanya: He likes eating mangoes lawan He doesn’t like to eat manggoes), kepada kata kerja (umpamanya: fasten lawan unfasten), kata sifat (umpamanya: able lawan unable), kata keterangan (umpamanya: ever lawan never), dan pengganti kata benda (umpamanya: one lawan none).
3.      Sebab dan Akibat
Menurut Greenberg jikalau suatu bahasa mempunyai ungkapan-ungkapan yang berbeda kompleksitas kata atau bentuknya untuk keadaan, perubahan keadaan, dan sebab perubahan keadaan seperti dalam ketiga kata bahasa Inggris: dead, die, dan kill, maka keadaan-keadaan itu biasanya diungkapkan dengan kata-kata yang semakin kompleks. Dalam bahasa Inggris, umpamanya perubahan keadaan sering dinyatakan dengan penambahan satu morfem kepada kata untukk keadaan, seperti tampak dalam pasangan kata: solid & solidity; red & redden; dan long & lengthen. Demikian juga halnya dengan sebab perubahan keadaan seperti tampak dalam pasangan kata: sharp & sharpen; legal & legalize; dan large & enlarge. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga perbedaan kompleksitas yang serupa. Untuk perubahan keadaan kita melihat pasangan kata: besar & membesar; panjang & memanjang; kuning & menguning. Seperti dalam contoh-contoh bahasa Inggris di atas, pasangan kata bahasa Indonesia ini secara gramatikal terdiri dari dua jenis kata; yakni kata sifat dan kata kerja. Hal yang serupaa dapat kita lihat dalam sebab perubahan keadaan (atau menyebabkan perubahan keadaan); umpamanya: resmi & resmikan, panjang & perpanjangan, mati & matikan, jalan & jalankan, dan cepat & percepat.
4.      Waktu
Dalam semua bahasa ada perbedaan antara waktu sekarang, waktu yang lalu, dan waktu yang akan datang. Menurut Greenberg waktu yang lalu biasanya ditandai terhadap waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Dalam bahasa Indonesia, waktu yang lalu dan waktu yang akan datang sama-sama ditandai dengan kata bantu seperti: sudah, pernah, telah untuk waktu lalu, dan akan untuk waktu yang akan datang. Akan tetapi, kalau ada kata keterangan waktu seperti kemarin, tadi pagi, tahun yang lalu, besok, lusa, dan minggu depan, kata kerja itu tidak perlu ditandai dengan penggunaan kata bantu. Jadi dalam lingkungan kata keterangan waktu, penandaan kata kerja utnuk waktu adalah fakultatif (optional).
Dalam bahasa Inggris, waktu yang lalu itu ditandai dengan tambahan morfem ed jadi: call-called, dan call-have call-ed. Waktu akan datang ditandai dengan kata bantu will, jadi call-will call. Penandaan ini diharuskan (obligatory) kedua-duanya; jadi selalu ada, terlepas dari ada atau tidak adanya kata keterangan waktu (adverb of time).   
C.      KATEGORI-KATEGORI SOCIAL
Kategori-kategori sosial berakar pada keadaan hidup manusia sebagai mahluk sosial dan kultural.kategori-kategori ini terbagi menjadi 4 kelompok: (1) perkerabatan; (2) kata ganti orang; (3) ungkapan-sapaan; (4) kelas social.
1)      Perkerabatan (Kinship)
Hubungan perkerabatan dan istilah-istilah yang dipakai yang mengungkapkan sistem perkerabatan itu telah banyak dikaji oleh ahli-ahli antropologi. Tidak terlalu sukar untuk mengkaji perkerabatan ini, karena seseorang dapat mengumpulkan istilah-istilah yang digunakan, serta mendaftarkan orang-orang yang dapat dirujuk oleh setiap istilah seperti dikerjakan oleh Burling (1970). Sebagai contoh kita mengambil istilah uncle, yang dalam bahasa dan budaya Inggris dapat dipakai untuk merujuk kepada saudara laki-laki ayah, saudara laki-laki ibu, suami saudara perempuan ayah, dan suami saudara perempuan ibu. Kalau sudah dibuat daftar rujukan istilah-istilah perkerabatan seperti di atas itu, tidaklah lagi terlalu sukar membandingkan makna (rujukan) istilah-istilah itu untuk menemukan konsep-konsep semesta dalam sistem-sistem kekerabatan.
Greenberg melakukan perbandingan demikian dan ia menemukan bahwa semua bahasa membedakan paling sedikit 3 dasar perkerabatan,yaitu: generasi, hubungan darah, dan jenis kelamin. Semua bahasa memisahkan generasi; ada istilah-istilah yang berbeda antara bapak, kakek, anak, dan cucu, tetapi ada juga yang tidak membedakan antara bapak dan saudara laki-laki ayah; dan ada juga bahasa yang mempunyai satu istilah bagi keempat istilah kakek-nenek (dua dari ayah, dua dari ibu). Semua bahasa ternyata membedakan kerabat darah dari pihak suami/istri; seperti dalam bahasa Indonesia ibu vs ibu mertua; adik vs adik ipar; anak vs menantu. Dalam semua bahasa terdapat juga perbedaan jenis kelamin, paling tidak dalam sebagian istilah perkerabatan, seperti : dalam bahasa Indonesia ayah vs ibu; dalam bahasa Batak anak (anak laki-laki) vs boru (anak perempuan), hela (menantu laki-laki) vs parumaen (menantu perempuan), and sebagainya. Dalam bahasa Inggris sister (kakak atau adik perempuan); son vs daughter, dan sebagainya
2)      Kata ganti orang
Istilah-istilah perkerabatan timbul dari sistem perkawinan dan keluarga, dan kata ganti orang memang diperlukan dalam percakapan untuk pembicara (saya), orang-orang lawan bicara (engkau, kamu, saudara, ibu, bapak), dan orang ketiga (dia, beliau, mereka). Sistem kata ganti orang boleh dikatakan sistem yang semesta, yakni untuk membedakan ketiga peran ini (orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga).
 Secara umum, sistem kata ganti juga membedakan antara bilangan peserta percakapan ( contoh: “saya melihat ada peserta yang mengantuk”, ”para peserta sudah menunggu di ruangan” ). Clark&Clark melaporkan bahwa ada bahasa-bahasa yang mempunyai hanya empat kata ganti (orang), dan ada yang sampai lima belas. Menurut para penulis tersebut di atas, bahasa Inggris mempunyai lima kata ganti (tanpa memasukkan perbedaan jenis kelamin orang ketiga she dan jenis yang netral it), yakni: I, you, he, we, they. Dalam sistem ini, I dan he adalah tunggal; we dan they adalah jamak dan you tunggal atau jamak; I dipakai untuk pembicara, you untuk lawan bicara, he dan they untuk orang ketiga.
3)      Kata sapaan
Berhubungan erat dengan sistem kata ganti orang ialah kata sapaan, yaitu kata atau istilah yang dipakai menyapa lawan bicara. Kata sapaan yang dipakai orang kepada lawan bicara berkaitan erat dengan, dan berdasarkan, tanggapan atau persepsinya atas hubungan pembicara dengan lawan bicara. Sapaan terdiri atas (1) nama kecil: Ali, Daulat, Tuti, Mary, dan sebagainya; (2) gelar: Tuan, Nyonya, Nona, Datuk, Bung dan sebagainya; (3) istilah perkerabatan: Bapak, Ibu, Paman, Bibi, Kakak, Adik dan sebagainya; (4) nama keluarga: (bagi suku bangsa yang mempunyai sistem itu): Warrow, Lim, Brown, Smith dan sebagainya; (5) nama hubungan perkerabatan dengan nama seorang kerabatnya (disebut teknomini): Bapak si Ali, Ibu si Tuti, Nenek si Sahat dan sebagainya; (6) kombinasi dari yang d iatas; khususnya butir-butir 2+1; 2+4; 3+1; dan 3+4.dari komposisi kombinasi ini kelihatan bahwa gelar dan nama perkerabatan dalam hal sapaan mempunyai fungsi yang mirip, yaitu pengelakan penggunaannama kecil atau nama keluarga saja. Di sini kita pisahkan kedua sistem itu, karena terdapat perbedaan hubungan dan sikap antara orang-orang yang terlibat.
D.   Pengaruh bahasa pada Pikiran
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran.  Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa   bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu,  Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan  antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata.
Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika  berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi  bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang  disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean,  hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, (1998:  9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi.
Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran, atau lebih disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pikiran manusia. Dari banyak tokoh yang memaparkan hubungan antara bahasa dan pikiran, penulis melihat bahwa paparan Edward Sapir dan Benyamin Whorf yang banyak dikutip oleh berbagai peneliti dalam meneliti hubungan bahasa dan pikiran.
Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama. Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
1)      Hipotesis pertama adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
2)      Hipotesis kedua adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
Pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi dan beroperasinya aspek formal bahasa, misalnya gramar dan leksikon. Whorf mengatakan “grammatical and lexical resources of individual languages heavily constrain the conceptual representations available to their speakers”. Gramar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi konseptual yang ada dalam pengguna bahasa tersebut. Selain habituasi dan aspek formal bahasa, salah satu aspek yang dominan dalam konsep Whorf dan Sapir adalah masalah bahasa mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam berpikir, seperti apa yang dikatakan oleh Whorf berikut ini :
“Kita membelah alam dengan garis yang dibuat oleh bahasa native kita. Kategori dan tipe yang kita isolasi dari dunia fenomena tidak dapat kita temui karena semua fenomena tersebut tertangkap oleh majah tiap observer. Secara kontras, dunia mempresentasikan sebuah kaleidoscopic flux yang penuh impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah sistem bahasa yang ada di pikiran kita. Kita membelah alam, mengorganisasikannya ke dalam konsep, memilah unsur-unsur yang penting.
Bahasa bagi Whorf pemandu realitas sosial dan mengkondisikan pikiran individu tentang sebuah masalah dan proses sosial. Individu tidak hidup dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi sangat ditentukan oleh simbol-simbol bahasa tertentu yang menjadi medium komunikasi sosial. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk mewakili realitas yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh Whorf sebagai dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda. Singkat kata, dapat disimpulkan bahwa pandangan manusia tentag dunia dibentuk oleh bahasa sehingga karena bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun berbeda. Secara selektif individu menyaring sensori yangmasuk seperti yang diprogramkan oleh bahasa yang dipakainya. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda memiliki perbedaan sensori pula (Rakhmat, 1999).

Kesimpulan
Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran. Hubungan bahasa dengan pikiran, yaitu dalam  penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah  kode menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode. Pada umumnya suatu pemikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat yang kompleks pula. Hal ini, dapat diartikan pula apabila dalam mengungkapkan sebuah kalimat, dibutuhkan pemikiran yang kompleks. Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks muncul, karena dalam kalimat tersebut terdapat proposisi yang jumlahnya sangat banyak. Dalam penerapan proposisi-proposisi tersebut dapat bertindak sebagai anak kalimat yang menjadi pelengkap untuk kalimat induk, selain itu, kalimat itu dapat diperpanjang selama setiap akhir dari kalimat tersebut adalah nomina. Manusia yang berpikir itu merupakan kesatuan dan keseluruhan, maka bahasanya pun merupakan kesatuan dan keseluruhan.
 Bahasa merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis. Seringkali perkembangan bahasa tidak selaras dengan perkembangan masyarakat yang mempunyainya, sehingga kerapkali ada kepincangan antara manusia dengan bahasanya. Mind Mapping adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind Mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Mind Mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.

Rabu, 23 November 2011

Tak hanya anak, Orang Tua pun Bisa Durhaka

Malin Kundang berubah jadi batu karena durhaka kepada ibunya… dan banyak lagi cerita tentang anak durhaka kepada orang tua yang mendapat kutukan beredar ditengah-tengah masyarakat sehingga terbenamlah di benak alam bawah sadar bahwa hanya anaklah yang dapat berbuat durhaka. Benarkah demikian?

Allah Swt mengatur hubungan antar makhluk dengan pengaturanNya yang sempurna, termasuk hubungan anak dengan orangtuanya dan sebaliknya orang tua dengan anaknya. Ada timbal balik hak dan tanggung jawab antara orang tua dan anaknya, dan sudah tentu orang tua yang harus lebih dahulu menunaikan kewajiban pada anaknya sebelum datang kewajiban anak kepada orang tuanya. Perhatikanlah kisah ini :
Adalah seorang lelaki yang menemui amirul mukminin Umar bin Khattab dengan mengadukan kedurhakaan anaknya.
Umar memanggil anak orang tersebut dan menghardiknya.
Tetapi kemudian sang anak berkata ” Wahai amirul mukminin bukankah seorang anak mempunyai hak atas orang tuanya?
” Betul ” jawab Umar. “Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”
Dari kisah di atas setidaknya ada tiga hal yang menjadi kewajiban seorang ayah kepada anaknya :
  1. Memilih calon ibu. Memilih seorang istri boleh jadi adalah pilihan yag paling emosional yang pernah dilakukan seorang lelaki. Tetapi di tengah-tengahnya kita juga tidak boleh meninggalkan rasionalitas sebagai kontrol bagi kita atas pilihan itu. Dengan kata lain memilih pasangan hidup adalah pilihan yang paling emosional dan sekaligus paling rasional yang pernah dilakukan seseorang. dalam pemilihan ini faktor keimananlah yang menjadi tolak ukur terpenting dalam pemilihan kreteria seorang istri, sangatlah tak layak ketika kita mengaku beriman dan memiliki pengetahuan Islam yang cukup namun mengabaikan faktor tersebut. bukankah Nabi Muhammad SAW menyarankan dalam memilih pasangan faktor keimananlah menjadi lebih dominan ketimbang yang lain. Selain kriteria keimanan, kesepadanan adalah hal penting yang harus juga dipertimbangkan. Kesholihanseorang Zaid tak dapat diragukan lagi, tetapi Rasulullah SAW mengabulkan gugatan cerai Zainab terhadap suaminya karena ia merasa Zaid tidak sepadan bagi dirinya. Bahkan dari kisah Zaid dan Zainab ini kesepadanan fisik adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan, dengan demikian kesepadanan dalam bentuk yang lain juga tidak kalah pentingnya.
  2. Memberi nama yang baik. Nama bagi seorang anak adalah tolok ukur kasih sayang orang tua kepadanya, banyak dikemudian hari seorang anak merasa kecewa kepada orang tuanya yang memberikan nama tidak semestinya. Nama seorang anak  adalah cerminan orang tuanya, semakin faham seorang atas Dien-Nya semakin baik nama – nama yang ia berikan kepada anak – anaknya. Lebih dari itu nama adalah doa orang tua kepada anaknya, ia berisi harapan atas kebaikan hidup yang akan dijalani anak – anaknya di dunia dan akhirat.
  3. Mengajarkan Al-Quran. Mengajarkan Al Quran tidak sekedar mengajarkan bacaan Al Quran, orang tua harus dapat menjadi contoh hidup penerapan nilai – nilai Qurani bagi anak – anaknya. Orang tua, terutama ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak – anaknya. Pilihan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh contoh hidup yang ditunjukkan orang tuanya saat mereka kecil. terkadang kita sebagai orang tua mengharapkan lebih terhadap anak-anaknya tanpa mengimbangi prilaku kita sehari-hari. seringkali kita marah ketika anak-anak tidak mau berangkat mengaji di masjid, tapi apakah kita sudah mengevaluasi diri kita sendiri selaku orang tua seharusnya menjadi orang pertama yang menjadi contoh nyata bagi anak-anaknya??. karna tidak sedikit orang tua yang ugal-ugalan, melakukan perbuatan tercela atau mengganggu orang lain, namun ia marah ketika melihat anaknya melakukan hal yang sama, atau orang lain yang mengganggu anaknya. Pepatah mengatakan air jatuh tak jauh dari pelimpahannya, buah jatuh tak jauh dari pokoknya.
Kewajiban – keajiban orang tua tersebut adalah hak seorang anak atas orang tuanya, hak anak atas orang tuanya Allah hadirkan jauh sebelum datangnya kewajiban anak kepada orang tuanya. Wahai orang tua, calon orang tua, sudahkah engkau tunaikan hak anak atas dirimu?

Minggu, 13 November 2011

Saya Menginginkan Seluruh Dunia Plus 5%



Fabian sangat bahagia karena dia akan menyampaikan sebuah pidato ke masyarakat besok. Dia selalu menginginkan kekayaan dan kekuasaan dan sekarang impiannya akan segera menjadi kenyataan. Dia adalah seorang tukang emas, mengukir emas dan perak menjadi perhiasan, tetapi semakin lama semakin tidak puas karena harus bekerja keras dalam hidupnya. Fabian menginginkan kesenangan, dan juga tantangan, dan sekarang rencana barunya siap untuk dimulai.

Selama puluhan generasi, masyarakat terbiasa dengan sistem perdagangan barter. Seseorang akan menghidupi keluarganya dengan memproduksi semua yang mereka butuhkan ataupun mengkhususkan diri dalam perdagangan produk tertentu. Kelebihan dari yang dia produksi, akan dia tukarkan dengan kelebihan barang lain yang diproduksi orang lain.

Pasar setiap hari ramai dan bersemangat, orang-orang berteriak dan melambaikan dagangannya. Sebelumnya pasar adalah tempat yang menyenangkan, tetapi sekarang jumlah orang terlalu banyak, pertengkaran pun semakin banyak. Tidak ada lagi waktu untuk ngobrol dan bercanda, sebuah sistem yang lebih baik mulai diperlukan.


Secara umum, orang-orang relatif bahagia, dan mereka menikmati buah dari hasil kerja keras mereka.

Di setiap komunitas dibentuk sebuah pemerintahan yang sederhana yang tugasnya menjaga agar kebebasan dan hak setiap anggota masyarakat dilindungi dan untuk memastikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan oleh siapapun juga.


INI ADALAH TUJUAN SATU-SATUNYA DARI PEMERINTAH (GOVERNMENT) DAN SETIAP ANGGOTA PEMERINTAH DIPILIH SECARA SUKARELA OLEH ANGGOTA KOMUNITAS YANG ADA.

Namun, ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan di perdagangan pasar sehari-hari… Apakah sebelah pisau senilai dengan dua keranjang jagung? Apakah seekor kerbau lebih berharga dari seekor ayam…? Orang-orang menginginkan sistem yang lebih baik.

Fabian mengiklankan diri kepada masyarakat, “Saya punya solusi atas masalah barter yang kita alami, dan saya mengundang kalian semua untuk sebuah pertemuan publik besok harinya.”

Besok harinya orang-orang pun berkumpul di tengah kota dan Fabian menjelaskan kepada mereka konsep tentang “uang”. Masyarakat yang mendengarkan pidatonya terkesan dan ingin mendengar lebih banyak.

“Emas yang saya produksi menjadi perhiasan adalah logam yang luar biasa. Dia tidak akan berkarat, dan bisa bertahan sangat lama. Saya akan membuat emas dalam bentuk koin dan kita akan menyebut setiap koin dengan nama dolar”

Fabian menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa “uang” akan menjadi medium pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter.

Salah satu dari anggota pemerintah bertanya “Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin untuk diri mereka sendiri”

“Ini tidak boleh diterima” kata Fabian. “Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut.” Ini kedengarannya masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang mendapatkan sama banyak. “Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih” kata si pembuat lilin. “Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih,” kata si petani. Dan pertengkaran pun dimulai.

Fabian membiarkan mereka bertengkar selama beberapa saat, kemudian berkata, “Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua, biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda. Tidak ada batasan berapa koin yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda kembalikan tahun depan.”

“Lalu apa yang akan kamu dapatkan?” kata salah satu pendengar.

“Karena saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya akan menyebutnya bunga.”

Kedengarannya tidak terlalu buruk, lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini.

Fabian tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu kemudian dia pun siap dengan koinnya. Orang-orang antri panjang di depan tokonya. Setelah dicek dan disetujui oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini.

Masyarakat segera menyadari sisi baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi harganya lebih rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal.

Alan adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat. Dan kemudian ada seorang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal dari apa yang kita sebut kompetisi.

Hal yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi, akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang menurut mereka paling menguntungkan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak ada perlindungan buatan semacam lisensi ataupun cukai tarif untuk menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem perdangan tanpa uang.

Setahun kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya. Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi ini berarti ada orang lainnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam, sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya. Orang-orang yang memiliki koin lebih membayar kepada Fabian dan juga 5% bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan sistem perdagangan di tahun mendatang.

Sebagian orang mulai menyadari untuk pertama kalinya seperti apa rasanya hutang. Sebelum mereka bisa meminjam kembali kepada Fabian, kali ini mereka harus menjaminkan aset-aset kepadanya, dan mereka pun melanjutkan perdagangan selama setahun mendatang, mencoba mendapatkan 5 koin lebih untuk setiap 100 koin yang mereka pinjam dari Fabian.

Saat itu, belum ada seorang pun yang menyadari bahwa seluruh masyarakat, sekalipun mengembalikan semua hutang koin mereka, tetap tidak bisa melunasi hutang mereka kepada Fabian, karena kelebihan 5% koin emas yang merupakan kewajiban mereka tidak pernah diedarkan oleh Fabian. Tak seorang pun selain Fabian yang mengetahui bahwa adalah hal yang mustahil bagi masyaratkat ini untuk bisa melunasi hutang mereka bila ditambahkan dengan bunga, uang yang tidak pernah dia edarkan.

Memang benar Fabian sendiri juga membuat koin untuk dirinya sendiri dan koin ini akan beredar di masyarakat, namun tidak mungkin dia sanggup mengkonsumsi 5% dari semua barang di masyarakat.

Di dalam toko emasnya, Fabian memiliki sebuah ruang penyimpanan yang sangat kuat, dan sebagian masyarakat merasa lebih aman kalau menitipkan koin emas mereka kepada Fabian untuk disimpan. Fabian akan menagih sejumlah uang tertentu sebagai jasa penyimpanan untuk orang-orang tersebut. Sebagai bukti atas deposit emas mereka, Fabian memberikan mereka selembar kertas kwitansi.



Orang-orang yang membawa kwitansi dari Fabian ini bisa menggunakan kertas ini untuk membeli barang sama halnya seperti menggunakan koin emas. Dan lama-kelamaan kertas-kertas ini beredar di masyarakat sebagai uang sama seperti koin emas.

Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.

Dia pun berpikir, “Saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas. Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali.”

Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku.

Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan sebagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.

Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nilainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya “daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menulis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku.” Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap di gudang Fabian! Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri.

Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka. Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali lipat dari yang sebenarnya dia miliki. Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.

Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya.


Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.

Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini.

Seandainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis ini.

Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian.

Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian. Ketika seorang pedagang ingin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening lainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan “cek.”

Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, “Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer. Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas-jelas sangat memuaskan. Namun, sebagian kwitansi ini telah dipalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan!”

Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. “Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka. Jawaban Fabian “Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur. Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak ini, ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi.” Para anggota pemerintah berpikir “Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal.” Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.


“Yang kedua”, kata Fabian, “sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru.”

Ide ini pun mulai dijalankan. Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas.

Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transaksi masyarakat. Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transaksi dilakukan dengan cara pindah buku (cek).

Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.


Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya. Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik.

Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.

Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya. Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42! Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang. Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka.

Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan. Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah. Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini. Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga percaya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos.

Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan dengan biaya cetak yang sangat kecil.

Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. “Bunga yang Anda tagih ini salah,” katanya. “Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis.

”Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210). Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!”


“Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar”

Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, “Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja. Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu.”

Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab.

Orang-orang menghormati Fabian dan kata-katanya. Dia adalah pakar, orang yang tidak setuju dengannya pastilah orang bodoh. Lihatlah betapa negara ini bertambah maju, produksi kita juga terus bertumbuh, kehidupan kita sudah jauh lebih baik.

Untuk menutup bunga dari uang yang mereka pinjam, para pedagang dan pengusaha meninggikan harga dagangan mereka. Karyawan senantiasa memprotes mereka dibayar terlalu rendah dan pemilik perusahaan senantiasa menolak membayar lebih. Petani tidak bisa mendapatkan harga jual yang adil dari produk pertanian mereka. Para Ibu rumah tangga terus merasa tidak puas karena harga barang di pasar dinilai terlalu tinggi.


Pada suatu ketika, orang-orang akhirnya mulai berdemonstrasi, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian orang tidak sanggup melunasi hutang mereka dan menjadi miskin. Teman dan saudara mereka pun tidak sanggup untuk menolong. Mereka lupa kekayaan yang sebenarnya masih berlimpah di sekeliling mereka : tanah yang subur, hutan yang kaya, mineral yang berlimpah dan juga ternak-ternak yang sehat. Yang mereka pikirkan sepanjang hari adalah uang yang rasanya selalu kurang. Mereka tidak pernah bertanya tentang sistem. Mereka percaya pemerintahlah yang sedang menjalankan sistem ini.

Sebagian kecil orang di masyarakat yang kelebihan uang mulai membentuk perusahaan mereka sendiri untuk meminjamkan uang mereka. Mereka menagih bunga 6% atas uang mereka, lebih baik dari 3% yang ditawarkan oleh Fabian. Namun orang-orang ini meminjamkan uang mereka sendiri, tidak seperti Fabian yang bisa meminjamkan uang / menciptakan kredit tanpa modal.

Perusahaan-perusahaan pembiayaan ini tetap membuat khawatir Fabian dan kawan-kawannya, jadi mereka pun membentuk perusahaan pembiayaan mereka sendiri. Dalam kebanyakan kasus, mereka membeli perusahaan-perusahaan pembiayaan saingan mereka tersebut. Pada akhirnya, semua perusahaan pembiayaan dimiliki ataupun dalam kendali mereka.

Situasi ekonomi terus memburuk. Para pegawai mulai yakin bos mereka mendapatkan terlalu banyak keuntungan. Pemilik perusahaan pun menilai pegawainya terlalu malas dan tidak cukup bekerja keras. Semua orang mulai menyalahkan orang lain. Pemerintah bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini. Masalah paling mendesak tentunya adalah bagaimana menolong orang yang paling miskin.

Pemerintah pun memulai sebuah program sosial dan memaksa anggota masyarakat untuk membayar sistem ini. Hal ini membuat marah sebagian orang, mereka percaya kepada gagasan lama bahwa membantu orang seharusnya adalah usaha suka rela, bukan paksaan.


“Peraturan ini adalah perampokan yang dilegalkan. Mengambil sesuatu dari seseorang, dengan menentang keinginan dari orang yang bersangkutan, apapun tujuannya, tidaklah berbeda dengan mencuri darinya.”

Namun orang-orang tak berdaya karena bila tidak membayar mereka akan dimasukkan ke dalam penjara. Program sosial ini selama beberapa waktu memang membantu keadaan, tetapi tak lama kemudian masalah kemiskinan muncul kembali dan uang yang diperlukan untuk menjalankan sistem ini pun terus bertambah. Ongkos sosial terus meningkat, demikian juga dengan skala pemerintahan.

Kebanyakan wakil rakyat adalah orang-orang yang tulus melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Mereka pun tidak menyukai gagasan terus-menerus meminta uang dari masyarakat. Akhirnya, mereka mencari pinjaman dari Fabian dan kawan-kawannya. Mereka bahkan tidak mengetahui bagaimana mereka bisa membayar. Orang tua mulai tidak sanggup membayar biaya sekolah anak-anaknya. Sebagian orang tidak sanggup membayar biaya dokter dan obat-obatan. Operator transportasi pun mulai gulung tikar.

Satu demi satu usaha diambil alih pemerintah. Guru, dokter, dan banyak pekerjaan lainnya mulai menjadi tanggung jawab pemerintah.

Tidak banyak orang yang mendapatkan kepuasan di pekerjaannya. Mereka dibayar gaji yang wajar, tetapi kehilangan jati diri. Mereka menjadi budak dari sebuah sistem.

Tidak banyak ruang untuk inisiatif, sedikit penghargaan atas usaha pribadi, pendapatan mereka relatif tetap dan naik pangkat terjadi hanya kalau atasan mereka pensiun ataupun mati.



Di tengah keputusasaan, pemerintah akhirnya meminta nasehat dari Fabian. Mereka menganggapnya sebagai orang bijak dan selalu memiliki solusi atas permasalahan uang. Fabian mendengar keluhan dari pemerintah dan akhirnya menjawab, “Banyak orang yang tidak bisa menyelesaikan persoalan mereka, mereka membutuhkan orang lain untuk melakukannya. Tentu Anda setuju bahwa semua orang berhak atas kebahagiaan dan berhak atas semua kebutuhan pokok mereka bukan? Satu-satunya cara untuk menyeimbangkan situasi adalah mengambil dari yang kaya dan memberikan kepada yang miskin. Kenalkan sebuah sistem baru yaitu pajak. Semakin banyak kekayaan seseorang, semakin banyak dia harus membayar pajak. Sekolah dan rumah sakit seharusnya gratis bagi mereka yang tidak sanggup membayar…”

Selesai memberikan nasehat, Fabian pun tidak lupa mengingatkan pemerintah, “Hm, jangan lupa Anda masih berhutang kepada saya. Tetapi baiklah, saya akan membantu Anda. Sekarang Anda hanya perlu membayar bunga kepada saya, Anda bisa menunda pembayaran hutang pokok kepada saya.”

Pemerintah mempercayai Fabian, dan mereka pun segera memperkenalkan pajak penghasilan, semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin tinggi pajak yang Anda bayarkan. Tak seorang pun anggota masyarakat yang setuju. Namun, sama seperti sebelumnya, mereka harus membayar atau masuk penjara.

Pedagang lagi-lagi harus menaikkan harga jual barangnya. Para pegawai kembali menuntut kenaikan gaji, bisnis-bisnis mulai gulung tikar, ataupun mulai mengganti tenaga manusia dengan mesin. Siklus ini berulang-ulang dan memaksa pemerintah memperkenalkan berbagai skema-skema sosial lainnya.



Pengaturan tarif dan perlindungan mulai diterapkan untuk menyelamatkan industri-industri tertentu dari kebangkrutan dan menyediakan lapangan kerja. Sebagian orang mulai bertanya-tanya apakah tujuan dari kegiatan produksi ekonomi adalah untuk memproduksi barang atau hanya untuk menyediakan lapangan kerja.

Seiring memburuknya keadaan, orang-orang mulai mengendalikan upah pegawai, kontrol biaya, dan segala macam kontrol-kontrol lainnya. Pemerintah pun berupaya mendapatkan lebih banyak uang lewat pajak penjualan, pajak penghasilan, dan pajak-pajak yang lain. Sebagian orang mulai memperhatikan bahwa sejak petani menaman padi sampai beras sampai ke tangan Ibu rumah tangga, ada lebih dari 50 jenis pajak yang sudah dibayarkan.

“Pakar” mulai muncul dan sebagian mulai terpilih untuk bekerja di pemerintahan, namun tahun demi tahun berlalu dan mereka tidak berhasil menyelesaikan permasalahan apapun, kecuali bahwa pajak perlu “disesuaikan” yang mana dalam kebanyakan kasus artinya harus dinaikkan.

Fabian mulai menuntut pembayaran atas bunga pinjamannya, dan semakin lama semakin banyak porsi pajak yang digunakan untuk membayar kepadanya.

Kemudian mulai muncul apa yang disebut dengan partai politik, orang-orang di masyarakat mulai berargumentasi partai mana yang orang-orangnya bisa menyelesaikan permasalahan mereka. Mereka mulai bertengkar mengenai personalitas, idealisme, lambang partai dan berbagai hal lainnya kecuali asal muasal permasalahan mereka.


Di kota tertentu, bunga pinjaman yang harus dibayar sudah melebihi total penerimaan pajak tahunan yang bisa dikumpulkan. Bunga-bunga baru pun mulai diperhitungkan atas bunga yang belum dibayarkan.

Secara perlahan-lahan kekayaan riil dari negara mulai berpindah tangan ke Fabian dan kawan-kawannya dan mereka memiliki kendali yang semakin lama semakin besar atas kehidupan masyarakat. Namun, pengendalian mereka belum selesai. Mereka menyadari bahwa situasi tidak akan benar-benar aman sebelum semua orang berhasil dikendalikan.

Kebanyakan orang yang menentang sistem ini bisa dibuat diam dengan tekanan finansial, ataupun dengan ejekan publik. Untuk melakukan ini Fabian dan kawan-kawan membeli kepemilikan dari semua koran, TV, dan radio dan menyeleksi orang-orang apa yang boleh bekerja di dalamnya. Kebanyakan dari orang-orang ini sebenarnya benar-benar ingin memperbaiki keadaan, tetapi mereka tidak menyadari bagaimana mereka sedang diperalat. Solusi mereka selalu terarah kepada akibat dari masalah, bukan penyebab dari masalah.


Ada bermacam-macam surat kabar, satu untuk sayap kanan, satu untuk sayap kiri, satu untuk kelas pekerja, satu untuk kaum pengusaha, dan seterusnya. Tidak masalah koran yang mana yang Anda percayai, selama Anda tidak memikirkan penyebab awal dari permasalahan.

Rencana Fabian sudah hampir selesai, seluruh negara saat ini berhutang kepadanya. Melalui pendidikan dan media, dia mengendalikan pikiran masyarakat. Orang-orang hanya akan berpikir sejauh yang dia inginkan.

Setelah seseorang memiliki jauh lebih banyak uang dari yang sanggup dia gunakan, apa lagi yang akan menyenangkan hatinya? Bagi mereka yang memiliki mentalitas menguasai, jawabannya adalah kekuasaan, kekuasaan mutlak atas kemanusiaan.

Kebanyakan tukang emas akhirnya mengarah ke sana. Mereka mengetahui rasanya kaya raya, dan perasaan itu tidak lagi cukup untuk memuaskan mereka. Mereka membutuhkan tantangan dan kesenangan baru, dan kekuasaan atas massa adalah permainan berikut.

Mereka percaya mereka adalah kelompok superior atas lainnya. “Adalah hak dan kewajiban kami untuk mengatur. Masyarakat tidak tahu apa yang baik untuk mereka. Mereka perlu dikendalikan dan diatur. Mengatur adalah takdir dari kami.”

Di seluruh penjuru negeri, Fabian dan kawan-kawan memiliki banyak perusahaan pembiayaan. Memang, masing-masing perusahaan dimiliki secara pribadi. Secara teori mereka adalah saingan masing-masing. Namun, kenyataan yang sebenarnya adalah mereka semua saling bekerja sama dengan seksama. Setelah berhasil membujuk pemerintah, mereka mendirikan sebuah institusi yang mereka sebut dengan Bank Sentral. Mereka bahkan tidak perlu mengeluarkan modal untuk mendirikannya, mereka menciptakan kredit dengan menggunakan uang deposit masyarakat.

Institusi ini tampak sebagai badan yang meregulasikan suplai uang dan merupakan bagian dari pemerintah. Tetapi anehnya, tidak ada wakil pemerintah yang diizinkan untuk duduk di badan Direktur di dalamnya.

Pemerintah tidak lagi meminjam secara langsung dari Fabian, pemerintah sekarang meminjam dengan cara menerbitkan surat hutang kepada Bank Sentral. Jaminan dari surat hutang ini adalah penerimaan pajak tahun berikut. Ini adalah bagian dari rencana Fabian, menyingkirkan kecurigaan orang kepadanya dengan membuat kesan seolah-olah suplai uang dikendalikan oleh pemerintah. Kenyataannya, di balik layar, dialah yang memegang kendali.

Secara tidak langsung, dialah yang mengendalikan pemerintah. Tidak penting siapa yang terpilih sebagai wakil rakyat di pemerintahan. Fabianlah yang memegang kendali atas uang, darah dan nyawa dari perdagangan sebuah bangsa.

Pemerintah selalu mendapatkan uang yang mereka inginkan, tetapi bunga selalu dikenakan pada setiap pinjaman. Semakin lama semakin banyak orang yang memerlukan bantuan sosial pemerintah, dan tak lama kemudian pemerintah sadar bahwa mereka kesulitan bahkan hanya untuk membayar bunga saja, apalagi hutang pokok.

Sebagian orang mulai bertanya, “Uang adalah sistem yang diciptakan manusia. Bukankah seharusnya sistem ini bisa diubah agar uang menjadi pelayan, bukan sebaliknya?” Namun semakin lama jumlah orang-orang ini semakin sedikit dan suara mereka hilang di tengah sebuah masyarakat yang tidak lagi peduli.

Pemerintahan berubah, partai yang berkuasa juga bisa berubah, namun kebijakan utama tidak. Tidak masalah siapa yang menjadi pemerintah, rencana besar Fabian semakin lama semakin mendekati kenyataan dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah tidak lagi ada artinya. Rakyat mulai dikenai pajak mendekati ambang batas mereka, mereka tidak lagi sanggup membayar. Waktunya sudah hampir matang bagi Fabian untuk aksi finalnya.

10% dari suplai uang masih dalam bentuk uang kertas dan koin. Ini harus dimusnahkan sama sekali tetapi tidak boleh menimbulkan kecurigaan publik. Selama masyarakat masih memiliki uang (kertas maupun koin), mereka bebas untuk membeli dan menjual sesuka hati mereka, mereka masih memiliki sedikit kontrol atas kehidupan mereka.

Tidaklah selalu nyaman untuk membawa uang tunai dan koin. Cek juga tidak bisa diterima bila sudah keluar dari sebuah komunitas tertentu. Oleh karena itu, sebuah sistem yang lebih baru perlu dipikirkan. Sekali lagi Fabian memiliki jawabannya. Organisasinya akan menerbitkan sebuah kartu plastik yang memiliki data pemegangnya: nama, foto, dan nomor penduduk.


Saat kartu ini akan digunakan, pedagang akan menyambungkan komputernya untuk mengecek kredit dari kartu tersebut. Seandainya tidak ada masalah, pemegang kartu ini boleh membeli barang seharga limit tertentu.

Awalnya orang akan diizinkan untuk berhutang sedikit. Seandainya uang ini dibayarkan dalam sebulan, maka tidak ada bunga yang perlu dibayarkan. Ini tidak masalah untuk kelas pegawai, tetapi bagaimana ini bisa berlaku juga untuk para pedagang dan pengusaha? Mereka harus mempersiapkan mesin-mesin, kemudian menjalankan proses manufaktur dari barang yang akan mereka produksi, membayar gaji pegawai, menjual barang dagangannya dan membayar kembali hutang mereka. Bila melewati satu bulan, mereka akan dikenai bunga 1.5% per bulan dari nilai hutang mereka. Total 18% setahun.

Pengusaha tidak memiliki jalan lain selain menambahkan 18% ke dalam nilai jual dagangan mereka. Namun kelebihan uang / kredit (18%) ini tidak pernah dipinjamkan kepada siapapun. Di seluruh negeri, para pengusaha disuruh menjalani misi mustahil untuk membayar kembali $118 untuk setiap $100 yang mereka pinjam, tetapi kelebihan $18 ini tidak pernah diedarkan oleh Bank sejak awal.

Namun Fabian dan kawan-kawan menikmati status yang semakin penting di masyarakat. Mereka menjadi orang-orang penting yang terhormat. Pengumuman dan pendapat mereka tentang finansial dan ekonomi bahkan bisa disetarakan dengan sabda suci spiritual.

Di bawah beban bunga yang terus bertambah, banyak perusahaan kecil menengah yang mulai bangkrut. Lisensi-lisensi khusus diperlukan untuk menjalankan operasi-operasi tertentu, jadi perusahaan-perusahaan yang tersisa memiliki semakin banyak hambatan dalam berusaha. Fabian memiliki dan mengendalikan semua perusahaan besar beserta ratusan anak perusahaan mereka. Perusahaan-perusahaan itu tampak seperti saingan satu sama lain, tetapi dialah yang ada di balik semua perusahaan itu. Para kompetitor perlahan-lahan dipaksa gulung tikar. Tukang kayu, konstruksi, listrik dan industri-industri kecil menengah menjalani takdir yang sama, dibeli oleh perusahaan raksasa milik Fabian yang memiliki proteksi dan perlakuan khusus dari pemerintah.

Fabian menginkan kartu plastik ini untuk menggantikan semua uang kertas dan koin. Rencananya adalah saat semua uang kertas dan koin ditarik, hanya bisnis yang menggunakan kartu komputerlah yang akan beroperasi.

Dia mengetahui bahwa suatu ketika orang-orang akan kehilangan kartu mereka dan tidak bisa membeli ataupun menjual sebelum identitas mereka bisa dibuktikan. Dia ingin agar dibuatkan sebuah hukum : sebuah hukum yang mengharuskan semua orang untuk memiliki sebuah nomor identifikasi yang ditato di dalam tangan mereka. Nomor ini cuma akan terlihat dengan sinar tertentu, yang dihubungkan dengan komputer. Setiap komputer akan dihubungkan dengan sebuah komputer pusat yang memungkinan Fabian mengetahui segala transaksi mengenai semua orang…

* * *

Terminologi yang digunakan saat ini untuk melukiskan sistem finansial di atas adalah “Fractional Reserve Banking.” (Cadangan Terbatas Perbankan).

Cerita yang Anda baca di atas, tentu saja, adalah fiksi.

Namun, bila Anda merasa terganggu karena cerita ini sangat mirip dengan kenyataan hidup kita, dan Anda ingin mengetahui siapa Fabian ini sebenarnya dalam kehidupan nyata, titik mulai yang baik untuk Anda pelajari adalah para tukang emas di Inggris pada abad 16 dan 17 Masehi.

Sebagai contoh, Bank of England didirikan pada tahun 1694. Raja William saat itu berada dalam kesulitan finansial yang besar karena perang melawan Perancis. Para tukang emas kemudian “meminjamkan” 1,2 juta pound (nilai yang amat besar pada zaman itu) dengan syarat tertentu.

Bunga yang dikenakan adalah 8%. Jangan lupa bahwa di Magna Carta sebenarnya dikatakan bahwa mengenakan dan mengumpulkan bunga (riba) atas pinjaman akan dikenakan hukuman mati. Raja William dipaksa memberikan izin kartel resmi kepada para tukang emas, sebuah hak untuk menciptakan kredit.

Sebelum itu, operasi untuk menerbitkan lebih banyak kwitansi emas daripada emas yang sebenarnya dimiliki adalah tindakan ilegal. Namun sejak izin kartel itu keluar, tindakan itu menjadi legal.

Di tahun 1694, W.Petterson mendapatkan hak kartel atas Bank of England.
sumber: http://pohonbodhi.blogspot.com/2008/11/saya-menginginkan-seluruh-dunia-plus-5.html

Jumat, 11 November 2011

pembentukan perilaku manusia

Ketika dinding2 kamar ini makin lama membuat aku berada dalam ruang yang terbatas dan jauh dari keindahan di luar”

Ada banyak fenomena alam yang perlu kita kaji di dunia ini. Mulai dari hal yang kecil hingga hal yang lebih besar. Layaknya sebuah fenomena bola salju. Yang jika terus menggelinding akan berubah menjadi besar. Seperti kita ketahui bahwa dunia ini luas, sungguh sayang sekali jika kita harus melewati hidup ini hanya berada dalam sebuah ruang/kotak. Keindahan alam bumi ini perlu kita telusuri, dari sini maka kita akan mengenal siapa sesungguhnya manusia itu?. Untuk apa manusia ada di bumi ini?. Namun untuk mencoba menelusuri semua itu ada baiknya kita mulai dari diri sendiri dan apa yang ada di sekitar kita ataupun lingkungan. Manusia hanya merupakan parsial dari lingkungan hidupnya. Mereka hidup dalam ruang yang sudah tersedia dengan segala sesuatunya. Namun ada juga yang perlu dibuat ataupun di rekayasa. Dari sini kita bisa melihat bahwa manusia berperan sebagai makhluk yang berakal. Dengan adanya pikiran itu maka manusia bisa merekayasa lingkungan. Atas rekayasa itu menjadikan berbagai macam bentuk dan warna dalam kehidupan. Kita bisa melihat lingkungan sekitar kita ada yang masih seperti dahulu dan ada juga yang telah berubah. Seperti halnya dengan lokasi rumah di dalam suatu lingkungan masyarakat.
Rumah menjadi tempat berlindung manusia dari panas dan hujan, tapi dalam pengertian luas rumah memiliki aspek psikologis dalam bermasyarakat. Perbedaan rumah di kota dengan di desa dapat kita lihat dari jarak diantara rumah tersebut. Rumah di desa umumnya berjarak berjauhan, sedangkan di kota jarak rumah berdekatan. Penduduk desa yang jarak rumahnya berjauhan tapi mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka memiliki kedekatan emosi yang terjalin dari interaksi yang konsisten. Dari sini kita melihat bahwa mereka menyadari bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang memerlukan orang lain dalam hidupnya. Lalu bagaimana dengan lingkungan di kota, jarak rumah yang berdekatan hanya sedikit yang menghasilkan sebuah interaksi satu dengan yang lain. Mereka memiliki sebuah ego yang mengatasnamakan keakuannya. Sehingga mereka yakin bahwa lingkungan berpisah dengan dirinya. Hal ini juga terjadi dalam dunia barat, yang beranggapan bahwa kita terpisah dari lingkungan. Anggapan ini meyakini bahwa manusia bisa dengan seenaknya memanipulasi lingkungan. Namun, pada kenyataannya, lingkungan pun mampu mempengaruhi kehidupan dalam perilaku manusia.
Lingkungan sosial
Selama ini kita ketahui mengenai lingkungan hidup. Dalam lingkungan hidup terdiri dari beberapa komponen hidup dalam suatu koloni. Kemudian dari komponen-komponen yang hidup ini saling berinteraksi dalam menjadi sebuah ekosistem. Ada ekosistem darat dan ada juga ekosistem laut. Misalnya di suatu taman, kita bisa melihat hewan, tanaman dan manusia. Mereka saling berinteraksi dan saling memerlukan satu dengan yang lain. Ada hewan yang memerlukan tumbuhan untuk makan, begitupula ada manusia memerlukan tumbuhan dan hewan untuk makan. Namun tidak hanya dalam masalah makan. Manusia membutukan tumbuhan untuk bernapas menghirup oksigen yang dihasilkan tumbuhan dari fotosintesis. Manusia perlu hewan untuk berinteraksi.
Purba (2002) mengatakan bahwa lingkungan sosial sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranata dengan symbol dan nilai serta norma yang sudah mapam, serta terkait dengan lingkungan alam (ekosistemnya) dan lingkungan binaan/buatan (tata ruang)”
Sebagaimana dengan lingkungan hidup yang memiliki berbagai ekosistem di dalamnya. Manusia juga berinteraksi dalam suatu kelompok manusia yang lain. Di lingkungan sosialnya manusia senantiasa terus menerus untuk berinteraksi. Dari interaksi yang berkesinambungan ini menghasilkan sebuah kelompok organisasi. Organisasi menjadi sebuah wadah yang memiliki tujuan dan aktifitas bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa interaksi-interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia sering dinamakan dengan lingkungan sosial. Dalam pengertian lain, oleh purba (2002) mengatakan bahwa lingkungan sosial sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranata dengan symbol dan nilai serta norma yang sudah mapam, serta terkait dengan lingkungan alam (ekosistemnya) dan lingkungan binaan/buatan (tata ruang).
Lingkungan bermasyarakat atau yang kini kita sebut sebagai lingkungan sosial terangkum dalam sebuah adat dan aturan yang berlaku. Masyarakat satu dan yang lain memiliki perbedaan yang di pengaruhi oleh factor ekonomi, letak geografis dan keadaan wilayah. Masyarakat yang berada dekat dengan sumber alam senantiasa hidup bergantung dengan alam. Mereka rata-rata bekerja/mata pencaharian sebagai petani, nelayan. Mereka bekerja sebagai petani dan nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, dan terkadang cara hidup ini yang ia pilih (way of life). Ketergantungan terhadap hasil alam membuat mereka sangat menghargai alam. Mereka senantiasa melindungi alam sekitarnya dari gangguan yang sifatnya merusak. Karena mereka yakin jika lingkungan alamnya terjaga dengan baik maka kehidupan untuk masa depannya bisa terjamin. Sedangkan untuk mereka yang hidup jauh dari sumber alam, sebagian besar mereka bekerja di bidang industry, perumahan, jasa dan lainnya. Untuk di bidang industry terjadi proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi/pakai. Dan yang bergerak di bidang jasa berupa untuk memasarkan produk kepada konsumen di pasaran. Adanya perbedaan letak geografi dan keaadaan alam ternyata mempengaruhi perilaku manusia dalam menjalani kehidupan. Kita bisa lihat bahwa sebagian besar masyarakat yang hidup di dekat sumber alam (laut, hutan, lahan pertanian dan perkebunan) bergantung pada alam. Dan untuk mereka yang hidup jauh dari sumber alam, bekerja di bidang industry, jasa dan lainnya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa lingkungan mampu membentuk dan mendatangkan perilaku bagi manusia.
Perilaku yang bagaimana?
Perilaku masyarakat (seperti yang tertulis sebelumnya) terbentuk dari lingkungan dimana ia hidup. Perilaku ini berlangsung cukup lama dan mungkin pula hingga saat ini. Bahkan bisa saja perilaku yang sama turun menurun dari generasi ke generasi masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi lingkungan Calhoun dan Joan Ross (1995) berpendapat bahwa ada empat macam cara lingkungan dalam mempengaruhi perilaku, pertama : lingkungan menghalangi perilaku, akibatnya juga membatasi apa yang kita lakukan, contonya sebuah dinding kamar yang mempengaruhi gerak-gerik manusia dalam suatu ruangan. Kedua : lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku, menentukan bagaimana kita harus bertindak, contohnya yang terjadi di taman, biasanya kita tertawa dan bergembira. Ketiga : lingkungan membentuk diri, contonya, dalam proses belajar yang dilakukan di ruang terbuka, akan membuat pembelajar berpikir lebih kreatif dan kritis. Keempat : lingkungan mempengaruhi citra diri. Contonya : mengenai lingkungan rumah yang asri dan hijau, dipastikan bahwa penghuni rumah tersebut adalah orang yang cinta lingkungan dan kebersihan.
Mungkin sebelumnya kita hanya mengetahui bahwa psikologi hanya mempelajari ilmu jiwa manusia. Termasuk kecemasan, stress, pola perkembangan anak dan motivasi hidup. Tapi kini kita bisa mengetahui bahwa ranah psikologi menyentuh level lingkungan. Karena pada dasarnya manusia bagian dari lingkungan dan tidak dapat terpisahkan. Pengaruh pembentukan perilaku manusia oleh lingkungan ada yang berakibat munculnya stress. Stress merupakan kondisi jiwa manusia yang mengalami tekanan dari luar yang sulit terkontrol oleh kondisi pikiran. Stress bisa terjadi pada setiap orang. Banyak hal yang mempengaruhi timbulnya stress berkaitan dengan lingkungan, seperti kemacetan lalu lintas, suara bising kendaraan, kepadatan penduduk. Kondisi lingkungan tersebut adalah pemicu terjadinya stress pada semua orang. Stress terkadang di awali dengan rasa cemas. Kecemasan yang meningkat dan semakin tak terkendali mengakibatkan tekanan pada jantung dan pikiran. Jantung terasa berdebar sangat cepat. Di samping itu juga badan berasa lemas. Menurut Slavson (1987) dalam www.wangmuba.com mengatakan bahwa salah satu penyebab munculnya kecemasan adalah dari hubungan-hubungan dan ditentukan langsung oleh kondisi-kondisi, adat-istiadat, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup, seseorang tiba-tiba saja sudah dilanda perubahan dan terbenam dalam situasi-situasi baru yang terus menerus berubah. Dimana perubahan ini merupakan peristiwa yang mengenai seluruh lingkungan kehidupan, maka seseorang akan sulit membebaskan dirinya dari pengalaman yang mencemaskan ini.
Kasus gedung terhadap perilaku penghuni
Ada kasus mengenai bangunan gedung ataupun apartemen terhadap perilaku masyarakat. Pembangunan proyek perumahan itu dinamai Pruitt-Igoe di St. Louis. Pemerintah tersebut mulai mendirikan bangunan itu tahun 1955. Harapan dari seluruh kalangan atas dibangunnya perumahan itu adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan kualitas kehidupan yang semakin baik. Bangunan itu bertingkat sebelas yang berada dalam sebuah kompleks besar, total gedung yang dibangun dalam kompleks tersebut berjumlah 33 gedung. Bangunan itu terbuat dari bahan yang luar biasa bagus, keramik yang tahan pecah, dinding yang sangat kuat dan rapat. Dan jalan-jalan yang memanjang terlihat elok. Sampai akhirnya gedung ini diberikan penghargaaan dari berbagai pihak karena desainnya yang sangat bagus.
Lingkungan apartemen telah membentuk perilaku manusia menjadi tidak biasa. Penghuni apartemen menjadi orang yang seakan hidup menyendiri, dan mereka sama sekali tidak mengenal tetangga depan kamarnya. Mereka menjadi hidup dalam keterasingan”
Tidak lama kemudian. ketika gedung ini selesai dibangun, telah ada ribuan ornag yang jadi penghuni. Namun beberapa tahun berlalu, terjadi kekerasan dan kasus perkosaan di gedung ini. Mereka yang berada dalam lorong-lorong gedung menjadi korban dari tindakan kekerasan. Begitu juga bagi mereka yang pulang ke kamar pada malam hari, merekapun tak luput dari tindakan kekerasan yang dilakukan sesame penghuni gedung tersebut. Ternyata, apa yang menjadi harapan berbagai pihak tentang bangunan ini akan meningkatkan kualitas kehidupan penghuni tidaklah tercapai. Makin hari, bulan dan tahun, jumlah penghuni gedung yang megah itu berkurang hingga 70 an persen. Kejadian ini membuat pemerintah untuk memutuskan merobohkan semua gedung yang berada dalam kompleks yang besar tersebut.
Kasus yang menimpa banyak korban dan bebagai tindakan kekerasan lainnya , menurut pandangan psikologi lingkungan hal tersebut terjadi karena tidak adanya ruang untuk berinteraksi antara penghuni gedung apartemen. Lingkungan apartemen telah membentuk perilaku manusia menjadi tidak biasa. Penghuni apartemen menjadi orang yang seakan hidup menyendiri, dan mereka sama sekali tidak mengenal tetangga depan kamarnya. Mereka menjadi hidup dalam keterasingan. Walaupun jarak antar kamar cukup dekat namun semua tertutup oleh dinding yang sangat tertutup dan seakan menghalangi interaksi. Maka meskipun gedung tersebut memiliki desain yang bagus dan mewah tapi dengan cepat berubah menjadi tempat yang menyakitkan. Tempat tinggal yang hanya berisi keakuan. Seakan ada aturan main yang berbunyi ‘selesaikan segala sesuatu sendiri’. Karena mereka merasa bertetangga namun tidak pernah mengenal. Oleh karena itu, dalam mendesain suatu bangunan untuk manusia perlu memperhatikan aspek psikologis seperti adanya ruang sosiopetal. Yang berarti ada sebuah ruang untuk berinteraksi (mencari teman) diantara penghuni. sehingga penghuni gedung tersebut bisa saling mengenal dan terbiasa berinteraksi. Dan minimalisir adanya ruang sosiofugal yang berarti keberadaan ruang tersebut tidak bisa digunakan untuk tempat berinteraksi dengan penghuni gedung.